Jumat, 20 Desember 2013

PUASA SEBELUM OPERASI

Mengapa seseorang harus berpuasa sebelum operasi?

Puasa adalah salah satu tindakan persiapan sebelum operasi.Ini berkaitan dengan salah satu tahap/proses dalam pelaksanaaan operasi itu sendiri yaitu tindakan anestesi atau pembiusan pasien selama berlangsungnya proses pembedahan.

Obat-obat anestesi yang berpengaruh sentral maupun perifer akan menyebabkan anestesi yang bersifat sementara (reversible) dan hanya berlangsung selama obat tersebut masih utuh atau belum dikeluarkan.Sesudah obat tersebut dikeluarkan atau dihancurkan dalam tubuh, keadaan pasien pulih kembali seperti semula.

Salah satu bahaya tindakan anestesi umum adalah terjadinya aspirasi (masuknya/turut terisapnya zat padat atau cairan ke dalam paru/saluran nafas), atau masuknya isi lambung ke dalam paru akibat regurgitasi (keluarnya) isi lambung secara pasif melalui esofagus (kerongkongan)  ke faring (tekak) atau muntah ( pengeluaran si lambung yang disertai kontraksi lambung akibat refleks kompleks yang diperantarai pusat muntah di medulla oblongata otak).

Aspirasi akibat regurgitasi dan atau muntah ini bisa sangat berbahaya, karena isi lambung dengan pH (derajat keasaman) 2,5 atau kurang yang masuk ke dalam bronchus ( cabang tenggorok ) akan mengakibatkan terjadinya nekrosis ( kematian sel/jaringan ) epitel ( jaringan penutup permukaannya ) dan terjadi sembab jaringan paru-paru dengan alveoli penuh dengan hyaline (zat pembentuk dinding kista), eksudat (bahan yang merembes melalui pembuluh darah pada peradangan) dan sel-sel darah merah.Sebagai akibatnya pertukaran oksigen dan karbondioksida (O2 dan CO2) yang berperan dalam mekanisme pernapasan manusia akan terganggu.Pada awal terjadinya aspirasi mungkin tidak banyak menunjukkan gejala.Tetapi pada beberapa saat kemudian pasien bisa jatuh dalam dalam keadaan yang sangat berbahaya, yaitu disertai sianosis (kulit selaput lendir pucat kebiruan karena kurang oksigen), sesak nafas dan takikardi (frekuensi denyut jantung meningkat/berlebihan) yang dapat menyebabkan kematian.Dalam medis, sindroma masuknya isi lambung ke dalam paru-paru disebut dengan sindroma mendelson.

Faktor-faktor penyebab terjadinya regurgitasi antara lain adalah adanya cairan dalam lambung, akibat tingginya tekanan dalam lambung, letak lambung yang lebih tinggi daripada letak faring dan akibat tekanan intraesofageal yang relatif menurun.Seperti diketahui, makanan yang kita konsumsi, akan tertahan sampai sekitar 6 jam dalam lambung dan untuk kemudian secara bertahap didorong ke usus (duodenum ).Sehingga secara teoritis setelah sekitar 6 jam lambung akan kosong.Kecuali pada ibu hamil, pengosongan lambung berjalan lebih perlahan, dan sebaliknya pada bayi dan anak kecil yang menngonsumsi makanan tidak padat atau porsi makan kecil, waktu pengosongan relatif lebih cepat.

Sedangkan terjadinya muntah pada tindakan anestesi, umumnya terjadi bila waktu induksi tidak lancar/smooth dan waktu pasien mulai bangun.Induksi yang lancar  tanpa gangguan merupakan faktor utama dalam mencegah muntah.Begitu juga pemilihan obat yang digunakan akan turut mempengaruhi induksi.Misalnya penggunaan obat eter, karena bisa merangsang saluran nafas bagian atas dan saluran makan bila masuk lambung sehingga proses induksi tidak dapat lancar dan sering terjadi muntah.

Untuk mencegah terjadi kemungkinan regurgitasi, muntah atau aspirasi pada tindakan anestesi atau pmbedahan, bisa dengan :

  1. Puasa minimal 6 jam.Bila pasien membutuhkan, atau untuk kecukupan cairan atau zat makanan bisa diberikan secara intravena (lewat infus).
  2. Pengosongan isi lambung, dengan merangsang muntah/pemasangan sonde lambung.Dalam prakteknya tndakan ini tidak mudah dan perangsangan muntah sangat tidak disukai pasien.Selain itu, pemasangan sonde hanya bisa mengeluarkan cairan dalam lambung serta merangsang muntah, tetapi untuk makanan padat sukar melalui pipa/sonde dan bahkan bisa menutup pipanya.Sehingga akan bisa menutup keadaan sebenarnya, bahwa lambung yang masih berisi banyak seolah-olah sudah kosong.
  3. Premedikasi (pemberian obat-obatan yang diperlukan pasien untuk dpersiapkan dalam anestesi umum), misal obat antimuntah untuk pencegahan.
  4. Induksi yang lancar dan tenang (dengan pemilihan obat yang tepat dan pemberian perlahan-lahan/smooth).
  5. Penggunaan pipa endotracheal tube, terutama pada keadaan lambung berisi pada operasi mendesak/ cito/darurat.
  6. Crush induction dengan obat-obatan, pemberian oksigen 100% dan lain sebagainya.
  7. Memilih anestesia regional (spinal, lumbal, epidural).

Jadi, sudah sangat jelas kenapa sebelum seorang pasien dioperasi disuruh puasa terlebih dahulu.Tindakan tersebut tdak akan membahayakan si pasien.

cara menghitung usia kehamilan dan taksiran persalinan

Cara Menghitung Usia Kehamilan Dan Perkiraan Persalinan 

Ada beberapa cara untuk menghitung usia kehamilan dan perkiraan persalinan antara lain HPHT,gerakan janin,menggunakan 2 jari tangan,tinggi puncak rahim dan USG 


saat dokter mengatakan Anda positif hamil, saat itu pula Anda mulai menghitung usia kehamilan. Namun seringkali ibu hamil tidak tahu pasti berapa usia kehamilannya. Hal ini karena terkadang si ibu tidak mengetahui secara pasti kapan pembuahan terjadi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung usia kehamilan. Anda bisa memilih yang paling mudah dan nyaman untuk dilakukan . 

Hari pertama haid terakhir (HPHT)  Metode ini membutuhkan pengetahuan Anda tentang siklus menstruasi. Berdasarkan siklus, dokter bisa memperkirakan usia kehamilan dan tanggal kelahiran si kecil yang dihitung berdasarkan rumus Naegele, Cara menghitungnya: Tentukan hari pertama menstruasi terakhir. Angka ini dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir (LMP = Last Menstrual Periode). 
Jika HPHT Ibu ada pada bulan Januari – Maret 

Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan + 9), (tahun + 0). 

Misal, HPHT 10 Januari 2010, maka perkiraan lahir (10+7), (1+9), (2010 + 0) = 17-10-2010 atau 17 Oktober 2010. 

Jika HPHT Ibu ada pada bulan April – Desember 

Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan – 3),(Tahun + 1). 

Misal, HPHT 10 Oktober 2010, maka perkiraan lahir (10 + 7), (10 – 3), (2010 + 1) = 17-7-2011 atau 17 Juli 2011. 

Catatan: 
  • Rumus ini hanya bisa diterapkan pada wanita yang daur haidnya teratur, yakni antara 28-30 hari.
  • Perkiraan tanggal persalinan sering meleset antara 7 hari sebelum atau setelahnya. Hanya sekitar 5% bayi yang akan lahir sesuai perhitungan ini.
  • Untuk mengurangi kemungkinan terlalu melesetnya perhitungan pada wanita yang daur haidnya pendek, akan ditambahkan beberapa hari dari hari-H. Sedang yang daur haidnya panjang, akan dikurangi beberapa hari.
Gerakan janin 
Perlu untuk diketahui bahwa pada kehamilan pertama gerakan janin mulai terasa setelah kehamilan memasuki usia 18-20 minggu. Sedangkan pada kehamilan kedua dan seterusnya, gerakan janin sudah terasa pada usia kehamilan 16-18 minggu. 

Tinggi puncak rahim 
Biasanya, dokter akan meraba puncak rahim (Fundus uteri) yang menonjol di dinding perut dan penghitungan dimulai dari tulang kemaluan. Jika jarak dari tulang kemaluan sampai puncak rahim sekitar 28 cm, ini berarti usia kehamilan sudah mencapai 28 minggu. Tinggi maksimal puncak rahim adalah 36 cm, ini menunjukkan usia kehamilan sudah mencapai 36 minggu. Perlu dietahui, ukuran maksimal adalah 36 cm dan tidak akan bertambah lagi meskipun usia kehamilan mencapai 40 minggu. Kalaupun tingginya bertambah, kemungkinan yang akan dialami adalah janin Anda besar, kembar, atau cairan tubuh Anda berlebih.

Menggunakan 2 jari tangan 
Pengukuran dengan menggunakan 2 jari tangan ini hanya bisa dilakukan jika ibu hamil tidak memiliki berat badan yang berlebih. Caranya; letakkan dua jari Anda diantara tulang kemaluan dan perut. Jika jarak antara tulang kemaluan dengan puncak rahim masih di bawah pusar, maka setiap penambahan 2 jari berarti penambahan usia kehamilan sebanyak 2 minggu. 

Menggunakan ultrasonografi (USG)  
Cara ini paling mudah dan paling sering dilakukan oleh dokter. Tingkat akurasinya cukup tinggi, yakni sekitar 95%. Dengan USG maka usia kehamilan dan perkiraan waktu kelahiran si kecil bisa dilihat dengan jelas melalui “gambar” janin yang muncul pada layar monitor.

Kamis, 19 Desember 2013

JENIS/MACAM-MACAM INDUKSI DI DUNIA MEDIS




Macam-Macam Induksi Persalinan Di Dunia Medis 

Induksi persalinan adalah merupakan salah satu upaya untuk mulainya proses kelahiran (dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada). Cara ini biasa dilakukan para dokter/bidan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal.
Induksi persalinan ini dilakukan oleh beberapa faktor. Salah satunya ketika kehamilan memasuki tanggal yang telah di perkirakan untuk lahir, bahkan bisa lebih dari waktu 9 bulan atau kehamilan yang lewat dari waktunya. Di mana masa kehamilan melebihi waktu 42 minggu, namun masih belum terjadi persalinan.
Masalah yang dihasilkan jika masa kehamilan melewati waktu ialah plasenta tidak dapat memberikan nutrisi juga pertukaran CO2/O2 yang kemudian sang bayi mempunyai resiko kematian di dalam rahim.

Ada beberapa macam jenis induksi yang sering dilakukan oleh para medis seperti :
1.   Infus Oksitosin
Hormon yang dihasilkan oleh infus Oksitosin dapat mengakibatkan kontraksi pada otot polos uterus yang dapat digunakan pada dosis farmakologik yang dapat menginduksi proses persalinan. Sebelum sang bayi terlahir dalam proses persalinan yang muncul secara spontan, namun ternyata rahim juga sangat peka oleh oksitosin.
Pada saat proses persalinan itu di mulai, serviks dapat berdilatasi yang kemudian dapat memulai refleks neural yang dapat menstimulasi lepasnya oksitosin dan juga kontraksi uterus pada selanjutnya. Agar dapat menghasilkan efek yang terdapat pada uterus, dibutuhkan dosis yang cukup kuat. Dosisnya ada pada 4 hingga 16 mili setiap menitnya. Namun dosis bagi setiap orangnya berbeda-beda, biasanya dosis dimulai dari yang paling rendah dengan melihat kontraksi uterus serta kemajuan proses persalinan.
2.   Prostaglandin
Pemberian jenis prostagladin ini bisa merangsang otot polos juga termasuk otot-otot pada rahim. Penggunaan prostaglandin ini sebagai induksi pada persalinan yang terdapat dalam jenis infus intravena atau nalador dan juga pervaginam. Pada saat kehamilan aterm, induksi pada persalinan menggunakan prostagladin ini cukup efektif dalam mempersingkat proses persalinan, dan juga menurunkan resiko melahirkan caesar.

3.   Cairan hipertonik intra uteri
Pemberian berupa cairan hipertonik intra uteri biasanya digunakan untuk merangsang terjadinya kontraksi pada rahim saat kehamilan dengan janin yang mati. Cairan hipertonik yang digunakan ini bisa berupa cairan garam hipertonik 20, atau urea.
Namun terkadang pemakaian urea ini di campur menggunakan prostaglandin yang dapat memperkuat rangsangan terhadap otot rahim. Namun, dengan cara seperti ini bisa menimbulkan beberapa penyakit yang berbahaya. Seperti hipernatremia, gangguan pembekuan darah dan juga infeksi.

4.   Amniotomi artifisialisis
Cara ini dilakukan dengan cara memecahkan ketuban, baik pada bagian bawah di depan atau fore water maupun bagian belakang atau hind water dengan menggunakan alat khusus ialah drewsmith catheter juga omnihook yang biasanya dikombinasi dengan memberikan oksitosin.

5.    Menggunakan Foley Catheter
Dengan menggunakan foley catheter ini biasanya agar mematangkan serviks serta induksi persalinan. Kontraindikasi ini terjadi terdapat riwayat pendarahan, petumbuhan janin yang terhambat serta ketuban pecah.

6.   Rangsangan pada putting susu
Rangsangan ini bisa berpengaruh pada hipofisus posterior yang dapat mengeluarkan oksitosis, yang dapat mengakibatkan kontraksi pada rahim. Rangsangan yang bisa dilakukan ialah melakukan pijatan yang ringan menggunakan ibu jari pada area aroela. Agar menghindari terjadinya lecet dapat menggunakan baby oil ataupun minyak zaitun.
Lakukan pijatan ringan seperti ini selama setengah jam sampai satu jam. Lakukan pijatan ini maksimal 3 kali dalam sehari. Tidak disarankan  melakukan pijatan di kedua payudara dalam waktu yang bersamaan, sebab di khawatirkan hal ini dapat merangsang secara berlebihan.


Ads by BetterSurfAd Options

cara menghitung cairan infusan

CARA MENGHITUNG TETESAN INFUS  

Dewasa (makro dengan 20 tetes/ml) Tetesan per menit = Jumlah cairan yang masuk/Lamanya infus (Jam) x 3
Atau
Tetesan per menit = Kebutuhan cairan x Faktor tetesan/Lamanya infus (Jam) x 60menit 
Keterangan :
Faktor tetesan bermacam – macam, hal ini dapat dilihat pada label infus ( 10tetes/menit, 15 tetes/menit, dan 20 tetes/menit )

misal :
Seorang pasien dewasa diperlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) dalam 1 jam maka tetesan per menit adalah :
Tpm = 1000 ml/1 x 3 = 333 tetes/menit
Atau
Tpm = 1000 ml x 20/1 x 60 menit = 333 tetes/menit 

Anak ( mikro dengan 60 tetes/ml ) 

Tetesan per menit (mikro) = Jumlah cairan yang masuk/lamanya infus (Jam) 

Contoh :
Seorang pasien neonatus diperlukan rehidrasi dengan 250 mikroL dalam 2 jam, maka tetesan per menit adalah :

Tpm (mikro) = 250/2 = 125 tetes/menit
Contoh soal1.
Infus 500 cc diberikan kepada seorang pasien 20 tetes makro/ menit habis dalam berapa jam? Jika dalam micro?

Jawab :
1 cc = 20 tetes makro --> berarti pasien diberikan 1 cc/ menit,infus yang tersedia 500 cc --> = akan habis dalam 500 dibagi 60 menit = 8,333 jam 
Apabila dalam micro tinggal di kali 3 aja. jadinya = 24,99 jam.

2. Berapa tetes macro per menit tetesan 500 cc infus RL harus diberikan agar habisdalam 4jam? 

jawab :
500 cc dibagi 4 jam = 125 cc --> ini jumlah cc RL yang harus diberikan per jamnya 125 cc dibagi 60 = 2,083 cc / menit. Jumlah cc RL yang harus diberikan per menitnya. 1 cc = 20 tetes makro = 60 tetesmikro jadi 2,083 cc = (2,083 x 20) 41,66 tetes makro = (2,083 x 60)124,98 tetes mikro. 

Macro Jika yang ingin dicari tahu adalah berapa tetesan yang harus kita cari dengan modal kita tahu jumlah cairan yang harus dimasukkan dan lamanya waktu, maka rumusnya adalah: 

Tetes/menit : (jumlah cairan x 20) / (Lama Infus x 60) 
Jika yang dicari adalah lama cairan akan habis, maka rumusnya adalah sebagai berikut:

Lama Infus: (Jumlah Cairan x 20) / (jumlah tetesan dlm menit x 60) 

Misal:Seorang pasien harus mendapat terapi cairan 500 ml dalam waktu 4 jam, maka jumlahtetesan yang harus kita berikan adalah (500 x 20 ) / ( 4 x 60 ) = 10000 / 240 = 41,7 = 42 tetes/menit begitupun untuk rumus lama infuse tinggal dibalik aja. 

Micro Rumus untuk menghitung jumlah tetesannya adalah sebagai berikut: 

Jumlah tetes/menit : (Jumlah cairan x 60 ) / (Lama Infus x 60) Sedangkan rumus lamanya cairan habis adalah sebagai berikut: Lama waktu : ( Jumlah Cairan x 60) / (jumlah tetesan dalam menit x 60) 

Rumus Kebutuhan Cairan Kebutuhan cairan pada tubuh, data dihitung sebagai berikut:

Pada anak < 10 Kg , maka 10 Kg dihitung 100 ml/ BB.Misal BB 8 kg maka kebutuhan cairan adalah 8 x 100 = 800 ml/hari. Pada anak dengan BB 10 – 20 Kg, maka 1000 ml pada 10 kg pertama dan ditambah 50 ml perKg penambahan berat badannya.

Missal BB = 15 kg, maka 1000 ml ditambah 5 x 50 ml maka menjadi 1250 ml/ hari kebutuhan cairannya Pada seorang dengan berat badan > 20 Kg maka rumusnya adalah 1500 ml pada 20 kg pertama dan ditambah 20 ml/Kg sisanya. Misal seseorang dengan BB 40 Kg, maka 20 kg pertama adalah 1500 ml, sedangkan20 kg sisanya x 20 ml = 400 ml sehingga kebutuhan cairan seseorang dengan berat 40kg adalah 1500 + 400 ml = 1900 ml/hari. 

Tujuan pemberian cairan (Rhoad, J, & Bonnie, J., M, 2008) :  
  1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuhyang mengandung air,elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral. 
  2. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit.  Memperbaiki keseimbangan asam dan basa.  
  3. Memberikan tranfusi darah.  
  4. Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena.  
  5. Membantu pemberian nutrisi secara parenteral 
Ukuran kanul yang digunakan tergantung dari tujuan pemberian infuse, tipe cairan dan ukuran atau kondisi vena :
  • 18 Gauge (ungu) untuk darah atau memasukkan banyak cairan.
  • 20 Gauge (pink) untuk pemberian obat yang lama atau pemberian 2-3liter cairan/hari.
  • 22 Gauge (biru) untuk pemberian obat yang lama, klien kanker danvena kecil.
  • 24 Gauge (kuning) untuk bayi, anak atau dewasa yang venanya kecil/ rapuh.